Menyelam dalam Lautan Historis Kampung Lawas Peneleh Melalui Sketsa
Sketsa merupakan desain awal dalam proses penciptaan sebuah lukisan sebagai ungkapan untuk menggambarkan suatu peristiwa, aktivitas, maupun lingkungan sekitar. Lebih dari sekedar itu, Sketsa rupanya menjadi sarana dalam menyampaikan ‘nyawa’ dari sebuah tempat.
Peneleh Dalam Sketsa: Kisah, Warisan Budaya dan Masyarakat Kampung Peneleh, menjadi salah satu bentuk karya yang merangkum sebuah wilayah dalam sebuah buku sketsa yang apik. Sebagai karya sketsa, buku ini secara terperinci mengemas Kampung Peneleh sebagai tempat yang memiliki nilai historis amat dalam, menjadi sebuah bacaan yang ringan melalui gambaran ruang dan aktivitasnya. Diantara penggarap buku tersebut terdapat Dosen Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya yaitu Adrian Perkasa dan dua alumni Ilmu Sejarah Muhamad Rohman Obet dan Eka Nurul Farida yang tergabung dalam tim riset South East Asia Neighborhood Network (SEANNET) berkolaborasi dengan Urban Skethcers Surabaya (USK).
Kampung Peneleh sendiri merupakan salah satu kampung tertua yang ada di Surabaya, yang masih dilengkapi atribut-atribut kekunoaannya seperti makam Belanda Peneleh, makam-makam Muslim Tua, Rumah Hos Tjokroaminoto, hingga rumah-rumah era kolonial dan rumah dengan arsitektur Jengki yang khas pada masa awal kemerdekaan. Pada akhirnya, sebagai bentuk kepedulian akan warisan tersebut, pemerintah kota Surabaya telah menetapkan Kampung Peneleh sebagai salah satu kampung lawas.
Menariknya, buku ini mencoba menggambarkan Kampung Peneleh berdasarkan realitas terkini namun tetap menunjukkan goresan-goresan historis yang secara estetis mengekspresikan jiwa kampung. Kesederhanaan khas kampung yang terlukis dalam warung-warung, jalanan gang yang diwarnai dengan jajanan serta kuliner lokal, toko kelontong, hingga penjual keliling. Suasana Langgar tua di tengah padatnya perkampungan, Masjid Peneleh dengan arsitektur khas Nieuwe Indische Bouwstijl, Pesantren, hingga toko buku turut melengkapi Kampung Peneleh.
Selanjutnya, aktivitas keseharian warga Kampung Peneleh juga tidak luput dari goresan yang terekam dalam buku ini. Mulai dari posyandu, kegiatan agustusan, muslimatan, perayaan hari besar Islam, hingga Samroh dan kegiatan olahraga yang kerap dilakukan anak-anak di sore hari seperti sepak bola. Namun demikian, rekam keseharian masyarakat perkampungan agaknya kurang lengkap tanpa mengulik kulinernya. Demikian dengan buku ini, seakan menjadi paket lengkap sebagai sebuah sketsa, kuliner-kuliner khas Kampung Peneleh seperti rujak cingur, tahu telur, kroket, bongko menthuk, krupuk payus, sate dan lontong balap turut menjadi satu kesatuan dalam buku ini.
Pada akhir bab, seakan membawa pembaca menelusuri jejak-jejak makam yang ada di Kampung Peneleh, pembaca disuguhi dengan beragam sajian mengenai letak hingga nama-nama makam lengkap dengan informasinya. Secara keseluruhan buku ini menjadi bentuk “ringan” dari sebuah naskah yang mencoba untuk menguraikan informasi sejarah, namun dengan rancangan yang sangat mudah dipahami oleh orang awam. Terutama dengan dukungan sketsa dan deskripsi singkat yang disajikan, sehingga citra dan jiwa kampung dapat tersampaikan melalui buku ini.
Identitas Buku
Judul : Peneleh dalam Sketsa: Kisah, Warisan Budaya, dan Masyarakat Kampung Peneleh
Penulis : Kelompok Riset SEANNET Surabaya dan Urban Sketchers Surabaya
Penerbit : –
Tahun Terbit : 2020
Jumlah Halaman : 121 halaman
Informasi lebih lanjut terkait buku Peneleh dalam Sketsa: Kisah, Warisan Budaya, dan Masyarakat beserta link download:
“PENELEH DALAM SKETSA”: Kampung as the Heart of Indonesia’s Urban Life