Penjara Kalisosok
Oleh: Purnawan Basundoro
Inilah wujud penjara zaman kolonial di Kota Surabaya yang dikenal dengan nama Penjara Kalisosok. Di penjara ini pula aktivis pers keturunan Tionghoa, Kwee Tiam Tjing disekap selama beberapa bulan. Ruang penjaranya amat kecil, karena ruang berukuran kira-kira 2,5 x 5 meter dibagi menjadi dua depan-belakang, sehingga tak terbayangkan susahnya jika ruang tersebut diisi beberapa orang.
Penjara ini dikenal menyeramkan karena keketatannya. Bahkan, tahanan-tahanan tertentu diberi bandul bola besi supaya tidak lari. Tadi selama satu jam lebih berkempatan menerobos kawasan penjara yang sudah dimiliki oleh pihak ketiga. Kondisinya sudah rungsep karena tidak pernah dibersihkan.
Pintu gerbang penjara Kalisosok pada awal abad ke-20, dan tampilan saat ini (saya foto tanggal, 12 Maret 2021). Sebelum penjara tersebut dibangun, di Kota Surabaya terdapat dua penjara, yang disebut binnenboei (penjara dalam kota) dan buitenboei (penjara luar kota). Binnenboei berlokasi di lokasi yang kemudian dibangun penjara Kalisosok, sedangkan buitenboei terletak di Pasar Besar. Namun pada sekitar tahun 1845 penjara buitenboei diusulkan untuk dibongkar untuk keperluan bangunan lain, sedangkan penjara binnenboei akan diperbesar.
Usulan untuk memberbesar penjara binnenboei yang terletak di Kalisosok diajukan pada Mei 1845, berupa rancangan bangunan penjara tersebut. Namun usulan tersebut baru disetujui pada tanggal 4 April 1848, dengan persetujuan anggaran sebesar f 60.000.
Sesudahnya penjara kemudian mulai dibangun, dan tahun 1849 sudah siap12 ruang tahanan. Tahun 1850 seluruh bangunan penjara telah selesai dibangun dan mulai digunakan. Pada tahun itu juga penjara buitenboei dibongkar total.
Anehnya, sebagai sebuah penjara, penjara Kalisosok dianggap terlalu nyaman untuk para penjahat. Seorang pendatang bernama Ida Pfeiffer bahkan mengatakan bahwa, “Perhatian manusia di Surabaya pada para penjahat terlalu berlebihan.” Anggota militer Belanda yang ditahan selalu melaporkan tentang kamar yang nyaman, kebun yang bersih dan makanan yang baik/enak. Bahkan menurut orang-orang Bumiputra yang ditahan bahwa makanan yang dihidangkan di penjara sangat jarang mereka temui dalam kehidupan sehari-hari di luar penjara.
Namun, seenak-enaknya hidup di penjara lebih enak hidup di rumah, apalagi jika rumahnya mewah, kasur empuk, dan ada bidadari.